Minggu, 02 Mei 2021

IMPLEMENTASI CONTINUOUS IMPROVEMENT DALAM PEMBELAJARAN

         Continuous Improvement (Perbaikan Terus-Menerus) merupakan program dimana pihak pengelola senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggaraan pendidikan telah mencapai standar mutu yang ditetapkan dan institusi pendidikan senantiasa memperbarui proses berdasarkan kebutuhan dan tuntutan pelanggan (Muslimin, 2017).

            Menurut Caroly, dkk (2010) Continuous Improvement adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengoptimalkan informasi, arus fisik dan produk agar bisa dikendalikan biaya produksi dan kualitas. Sedangkan menurut Bessant, dkk (2001) Continuous Improvement adalah kumpulan rutinitas tertentu yang dapat membantu organisasi memperbaiki apa yang saat ini dilakukannya.

            Pembelajaran merupakan elemen penting dalam Continuous Improvement. Pembelajaran memberikan dasar rasional untuk bertindak. Tingkat dan luasnya Continuous Improvement dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses dan sistem. Sistem tersebut harus mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anggota organisasi dalam melakukan perbaikan (Muslimin, 2017).

Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003), bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang perbaikan berkesinambungan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang Continuous Improvement antara lain: pendidikan, teladan manajer, tanggung jawab yang jelas, perbaikan diidentifikasikan sebagai strategi yang penting, identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan, metode sistematis untuk perbaikan, pelatihan, review terhadap perbaikan, identifikasi hambatan perbaikan, mekanisme untuk membagi pembelajaran, dan pembelajaran sistematis siklus PDSA (Plan-Do- StudyAct).

Penerapan strategi Continuous Improvement dalam pembelajaran di sekolah yang memenuhi karakteristik sebagai berikut: Kebutuhan akan proses belajar yang terus menerus dari waktu ke waktu, Semua orang dalam organisasi harus menjadi peserta, Gagasan bisa datang dari siapapun dalam organisasi, Terus cari peluang baru, Memberdayakan orang untuk melakukan eksperimen. Dengan karakeristik tersebut maka strategi penerapan Continuous Improvement dalam Pembelajaran di sekolah dapat dibuat secara lebih jelas (Wasitohadi, 2003).

Dalam pembelajaran di sekolah juga tidak dapat lepas dari peran guru didalamnya. Dalam hal ini, diharapkan guru memiliki suatu kompetensi tertentu yang dapat mengarah kepada perbaikan secara terus menerus (Continuous Improvement). Kompetensi yang dimaksud adalah hal-hal yang memiliki indikator sebagai berikut: (Mufida, 2009)

(1)   Kompetensi ditunjang oleh latar  belakang  pengetahuan.

(2)   Kompetensi  dapat  dikenali  dari adanya  penampilan  dalam  melakukan  pekerjaan  itu  sesuai  dengan tuntutan.

(3)   Dalam  melakukan  kegiatan  itu  digunakan  prosedur  dan teknikyang  jelas  dan nalar, dan 

(4)   Dapat  dikenalinya  hasil  pekerjaan yang dicapai.

Menjadi guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan, misalnya selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (Continuous Improvement) melalui kegiatan penelitian, organisasi profesi, seminar, dan semacamnya. Selain itu, guru juga perlu memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya (Kunandar, 2011).

Daftar Pustaka

Bessant, J., Caffyn, S., & Gallagher, M. 2001. An Evolutionary Model of Continuous Improvement Behaviour. Elsevier: Technovation, 21 (2), 67-77. Dari https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0166497200000237.

Caroly, S., Coutarel, F., Landry, A., & Mary-Ceray, I. 2010. Sustainable MSD Prevention: Management for Continuous Improvement Between Prevention and Production. Ergonomic Intervention in Two Assembly Line Companies. Elsevier: Applied Ergonomis, 41 (4), 591-599. Dari https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0003687010000049.

Kunandar. 2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Mufida, L. N. 2009. Aktualisasi TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, 4 (1), 91-105. Dari http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/246.

Muslimin. 2017. Implementasi Continuous Improvement Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Guru SDIT Mutiara Hati Purwareja Klampok Banjarnegara. Tesis. Purwokerto: Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.

Tjiptono, F. & Diana, A. 2003. Total Quality Management (TQM). Jogjakarta: Andi Offset.

Wasitohadi. 2003. Otonomi Daerah Bidang Pendidikan di Kota Salatiga (Studi tentang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia di SMA 1 Pabelan). Tesis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOAL HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Kurikulum 2013 versi 2016 yang berlaku di Indonesia saat ini meminta guru untuk melaksanakan pembelajaran yang dapat mempengaruhi siswa untu...