Continuous Improvement (Perbaikan Terus-Menerus) merupakan program
dimana pihak pengelola senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan
secara terus-menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggaraan pendidikan
telah mencapai standar mutu yang ditetapkan dan institusi pendidikan senantiasa
memperbarui proses berdasarkan kebutuhan dan tuntutan pelanggan (Muslimin,
2017).
Menurut Caroly, dkk
(2010) Continuous Improvement adalah sebuah proses yang bertujuan untuk
mengoptimalkan informasi, arus fisik dan produk agar bisa dikendalikan biaya
produksi dan kualitas. Sedangkan menurut Bessant, dkk (2001) Continuous
Improvement adalah kumpulan rutinitas tertentu yang dapat membantu organisasi
memperbaiki apa yang saat ini dilakukannya.
Pembelajaran
merupakan elemen penting dalam Continuous Improvement. Pembelajaran memberikan
dasar rasional untuk bertindak. Tingkat dan luasnya Continuous Improvement
dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses dan sistem. Sistem tersebut
harus mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anggota organisasi
dalam melakukan perbaikan (Muslimin, 2017).
Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003), bahwa ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang perbaikan
berkesinambungan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang Continuous
Improvement antara lain: pendidikan, teladan manajer, tanggung jawab yang
jelas, perbaikan diidentifikasikan sebagai strategi yang penting, identifikasi
dan prioritas tindakan perbaikan, metode sistematis untuk perbaikan, pelatihan,
review terhadap perbaikan, identifikasi hambatan perbaikan, mekanisme untuk
membagi pembelajaran, dan pembelajaran sistematis siklus PDSA (Plan-Do-
StudyAct).
Penerapan strategi Continuous Improvement dalam pembelajaran di
sekolah yang memenuhi karakteristik sebagai berikut: Kebutuhan akan proses
belajar yang terus menerus dari waktu ke waktu, Semua orang dalam organisasi
harus menjadi peserta, Gagasan bisa datang dari siapapun dalam organisasi,
Terus cari peluang baru, Memberdayakan orang untuk melakukan eksperimen. Dengan
karakeristik tersebut maka strategi penerapan Continuous Improvement dalam
Pembelajaran di sekolah dapat dibuat secara lebih jelas (Wasitohadi, 2003).
Dalam pembelajaran di sekolah juga tidak dapat lepas dari peran
guru didalamnya. Dalam
hal ini, diharapkan guru memiliki suatu kompetensi tertentu yang dapat mengarah
kepada perbaikan secara terus menerus (Continuous Improvement). Kompetensi yang
dimaksud adalah hal-hal yang memiliki indikator sebagai berikut: (Mufida, 2009)
(1)
Kompetensi ditunjang oleh latar belakang
pengetahuan.
(2)
Kompetensi
dapat dikenali dari adanya
penampilan dalam melakukan
pekerjaan itu sesuai
dengan tuntutan.
(3)
Dalam
melakukan kegiatan itu
digunakan prosedur dan teknikyang jelas
dan nalar, dan
(4)
Dapat
dikenalinya hasil pekerjaan yang dicapai.
Menjadi guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan, misalnya
selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (Continuous Improvement)
melalui kegiatan penelitian, organisasi profesi, seminar, dan semacamnya.
Selain itu, guru juga perlu memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang
memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya,
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap
profesinya (Kunandar, 2011).
Daftar Pustaka
Bessant,
J., Caffyn, S., & Gallagher, M. 2001. An Evolutionary Model of Continuous
Improvement Behaviour. Elsevier: Technovation, 21 (2), 67-77. Dari https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0166497200000237.
Caroly,
S., Coutarel, F., Landry, A., & Mary-Ceray, I. 2010. Sustainable MSD Prevention:
Management for Continuous Improvement Between Prevention and Production. Ergonomic
Intervention in Two Assembly Line Companies. Elsevier: Applied Ergonomis,
41 (4), 591-599. Dari https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0003687010000049.
Kunandar.
2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Mufida,
L. N. 2009. Aktualisasi TQM
dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Tadris:
Jurnal Pendidikan Islam, 4 (1), 91-105. Dari http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/246.
Muslimin.
2017. Implementasi Continuous Improvement Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi
Guru SDIT Mutiara Hati Purwareja Klampok Banjarnegara. Tesis. Purwokerto:
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Tjiptono,
F. & Diana, A. 2003. Total Quality Management (TQM). Jogjakarta:
Andi Offset.
Wasitohadi. 2003. Otonomi Daerah Bidang Pendidikan di Kota Salatiga (Studi tentang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia di SMA 1 Pabelan). Tesis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar