Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas dan bisa bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, maka dibutuhkan
guru yang profesional untuk menjadi penentu keberhasilan pendidikan. Guru perlu
diberi pembinaan, dikembangkan, dan diberi penghargaan yang layak sesuai dengan
tuntutan visi, misi, dan tugasnya. Hal ini sangat penting, terutama apabila
dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa guru memiliki
peran yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan, meningkatkan
kualitas pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik (Mulyasa, 2008).
Untuk dapat melaksanakan peran dalam memberikan ilmu kepada orang
lain, yang mana guru bukan hanya mengajar dan melatih akan tetapi juga
mendidik, maka guru harus memiliki modal dasar dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya. Modal dasar ini disebut dengan kompetensi yang meliputi
kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Roqib &
Nurfuadi, 2011). Kompetensi guru merupakan gabungan antara kemampuan keilmuan,
personal, teknologi, spiritual, dan sosial yang membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang terdiri dari pemahaman terhadap peserta didik, penguasaan
materi, pembelajaran yang mendidik, serta pengembangan pribadi dan
profesionalisme (Mulyasa, 2008).
Guna meningkatkan kompetensi guru, perlu adanya Continuous Improvement
sehingga terciptanya sekolah yang berkualitas, unggul, dan mendapatkan sambutan
positif dari masyarakat. Upaya meningkatkan kompetensi guru perlu dilakukan
secara terus-menerus, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini
dikarenakan pada era globlisasi banyak persaingan mutu yang menuntut semua pihak
dalam berbagi sektor pembangunan untuk selalu meningkatkan kompetensinya (Muslimin,
2017).
Continuous Improvement merupakan konsep tentang perbaikan atau
peningkatan diri secara terus-menerus yang mendapatkan perhatian penuh, karena
hal ini telah menjadi bagian dari karakteristik persaingan global agar berhasil
memajukan produksi barang, layanan jasa dan kualitas proses dalam perusahaan.
Perbaikan mutu tidak sukses begitu saja, tapi distrategikan secara sesistematis
mungkin fase demi fase, supaya suatu keorganisasian mampu melakukan sebuah
perbaikan besar, berkesinambungan, sehingga organisasi harus terstruktur dengan
tepat (Rusdi, 2018).
Pembelajaran merupakan elemen penting dalam Continuous Improvement.
Pembelajaran memberikan dasar rasional untuk bertindak. Tingkat dan luasnya
Continuous Improvement dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses dan
sistem. Sistem tersebut harus mendukung pengembangan keterampilan dan
pengetahuan anggota organisasi dalam melakukan perbaikan (Muslimi, 2017).
Penerapan strategi Continuous Improvement dalam dunia pendidikan (pembelajaran
di aekolah) memenuhi karakteristik sebagai berikut: kebutuhan proses belajar
yang terus menerus dari waktu ke waktu, semua orang dalam organisasi harus
menjadi peserta, gagasan dapat datang dari siapapun dalam organisasi, terus mencari
peluang baru, memberdayakan orang untuk melakukan eksperimen. Dengan
karakeristik tersebut, maka strategi penerapan Continuous Improvement dalam pembelajaran
di sekolah dapat dibuat secara lebih jelas (Muslimin, 2017).
Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003), terdapat beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang Continuous Improvement. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam merancang Continuous Improvement antara lain:
pendidikan, tanggung jawab yang jelas, teladan manajer perbaikan
diidentifikasikan sebagai strategi yang penting, metode sistematis untuk
perbaikan, identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan, pelatihan, identifikasi
hambatan perbaikan review terhadap perbaikan, mekanisme untuk membagi pembelajaran,
dan pembelajaran sistematis siklus PDSA (Plan-Do- StudyAct).
Daftar
Pustaka
Mulyasa,
E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslimin. 2017. Implementasi Continuous Improvement Sebagai Upaya
Peningkatan Kompetensi Guru SDIT Mutiara Hati Purwareja Klampok Banjarnegara. Tesis.
Purwokerto: Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Roqib, M. & Nurfuadi. 2011. Kepribadian Guru Upaya
Mengembangkan Kepribadain Guru yang Sehat di Masa Depan. Purwokerto: STAIN
Press.
Rusdi. 2018. Continues Improvement Sebagai Upaya dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Pedesaan. Al-tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2
(2), 150-160. Dari https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/article/view/396.
Tjiptono, F. & Diana, A. 2003. Total Quality Management (TQM). Jogjakarta: Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar