Selasa, 09 Maret 2021

APA SIH YANG DIMAKSUD DENGAN TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN BAGAIMANA IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN FISIKA?


        Menurut Puspo Nugroho (2015), pengertian “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai kesamaan dengan kata “Knowing” yang artinya mengetahui. Dalam arti luasnya, kognisi merupakan penataan, perolehan, dan penggunaan pengetahuan. Menurut Gredler (2013), kognitif (mengetahui) merupakan proses yang berkembang melalui adaptasi individu terhadap lingkangan sekitarnya dan proses perkembangannya ini terus-menerus berubah. Sedangkan menurut Piaget dalam Fatimah Ibda (2015), pengetahuan adalah genetic, artinya pengetahuan dapat berkembang atau developmental bukan merupakan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Dalam hal ini, dalam pandangan Piaget (dalam Puspo Nugroho, 2015), pengetahuan itu datang dari tindakan yang berimplikasi pada perkembangan kognitif, yang mana hal ini dapat dipengaruhi dari keaktifan individu untuk memanipulasi dan keaktifannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal ini berarti proses dalam mencari pengetahuan seseorang tidak dapat berpisah dari lingkungan sekitarnya.

            Terdapat lima ciri aliran kognitifisme, yaitu: a) mementingkan apa yang terjadi pada diri anak, b) mementingkan peranan kognitif, c) mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian, d) mementingkan pembentukan struktur kognitif, dan e) mementingkan kondisi waktu sekarang. Untuk tahapan dari teori kognitif ini adaah dimulai dari pengkodean – penyimpanan - perolehan kembali – pemindahan informasi (Nugroho, 2015). Kemudian, menurut pandangan Gestalt, aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut: (Pahliwandari, 2016)

1.      Pengalaman tilikan (insight), yang mana tilikan ini menjadi peranan yang sangat penting dalam perilaku;

2.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), yang mana kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dapat menunjang pembentukan tilikan dalam suatu proses pembelajaran;

3.      Perilaku bertujuan (pusposive behavior), yang mana perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi karena adanya hubungan stimulus-respons, namun juga ada kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai;

4.      Prinsip ruang hidup (life space), yang mana perilaku individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu, materi yang diajarkan haruslah mempunyai keterkaitan dengan keadaan lingkungan sekitar siswa; dan

5.      Transfer dalam belajar, yang mana terdapat pemindahan pola-pola perilaku dalam keadaan suatu pembelajaran tertentu ke situasi yang lain. Transfer belajar dapat terjadi jika siswa dapat mamahami prinsip-prinsip pokok dari persoalan yang disajikan dan dapat menemukan generalisasi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dalam situasi yang lain.

Menurut pandangan Jerome Brunner, konsep dari teori belajar kognitif menuntut adanya prinsip-prinsip utama. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (Pahliwandari, 2016)

1.      Pembelajaran yang aktif, yang mana disini siswa sebagai subyek belajar yang akanmenjadi faktor paling utama. Disini, siswa dituntut untuk belajar dengan mandiri dan aktif;

2.      Prinsip pembelajaran dengan interaksi sosial untuk menambah perkembangan kognitif (pengetahuan) siswa dan menghindarkan dari kognitif yang bersifat egosentris;

3.      Belajar menerapkan hal yang dipelajari agar siswa memiliki pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih mendalam.

4.      Adanya guru yang memberi arahan supaya siswa tidak melakukan banyak kesalahan dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang positif;

5.      Dalam memberikan materi kepada siswa, guru perlu memberi arahan yang baik dalam hal materi yang disampaikan maupun metode yang digunakan;

6.      Pemberian reinforcement berupa hadiah dan hukuman bagi siswa. Ketika siswa melakukan hal yang tepat maka diberi hadiah agara siswa terus berbuat dengan tepat. Hadiah tersebut dapat berupa pujian, dan sebagainya. Sebaliknya, jika siswa melakukan kesalahan maka diberi hukuman agar siswa dapat menyadari dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dilakukan. Hukuman tersebut dapat berupa nasehat, teguran, dan sebagainya tetapi bukan hukuman yang berupa kekerasan;

7.      Materi yang diberikan akan sangat bermakna bagi siswa apabila saling ada keterkaitan, karena dengan begitu siswa akan terlatih untuk mengeksplorasi kemampuan kognitifnya;

8.      Pembelajaran dilakukan dari pengenalan umum ke khusus (Ausable) atau sebaliknya dari khusus ke umum atau dari konkrit ke abstrak (Piaget);

9.      Pembelajaran tidak akan terhenti sampai ditemukannya unsur-unsur baru untuk dipelajari, yang mana pembelajaran ini dengan orientasi ketuntasan; dan

10.  Adanya kesamaan konsep atau istilah. Dalam suatu konsep dapat sangat mengganggu dalam pembelajaran, sehingga dibutuhkan penyesuaian integratif. Penyesuaian integrative ini dapat diterapkan dengan menyusun materi, sehingga guru bisa menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.

Menurut penelitian dari Maulana (2009), pengimplementasian metode konflik kognitif dalam pembelajaran fisika cukup efektif untuk mengatasi permasalahan miskonsepsi pada siswa untuk membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi. Adanya rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika akan membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam hal intelektualitas siswa. Dengan adanya kemampuan berpikir kritis pada siswa dan pemahaman konsep terhadap materi, maka hasil belajar kognitif siswa menjadi lebih optimal. Untuk mengatasi miskonsepsi siswa, dapat dilakukan pembelajaran dengan metode konflik kognitif yang disertai dengan demonstrasi dan diskusi, yang dilanjutkan dengan tes evaluasi siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Menurut hasil penelitian Setyowati, dkk (2011), metode konflik kognitif ini hasil tes evaluasi pemahaman konsep siswa yang dilakukan setelah pembelajaran terjadi penurunan prosentase miskonsepsi terhadap suatu materi pokok fisika. Hal ini menunjukkan bahwa metode pendekatan konflik kognitif ini sukses untuk mengurangi miskonsepsi siswa dan menambah pemahaman siswa terhadap materi pokok fisika.

Menurut (Burhanuddin, 2014), teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut:

1.      Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

2.      Dengan menerapkan teori kognitif, maka guru dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh siswa untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat siswa untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.

3.      Pada metode pembelajaran kognitif, guru hanya perlu memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk pengembangan, yang kemudian kelanjutannya diserahkan pada siswa, dan guru hanya perlu memantau dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.

4.      Metode kognitif mudah diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.

5.      Menurut para ahli kognitif sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dalam metode belajar kognitif siswa harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal-hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.

Kemudian, kelemahan dari teori pembelajaran kognitif yaitu sebagai berikut:

1.      Teori kognitif lebih menekankan pada kemampuan ingatan siswa dan kemampuan ingatan masing-masing siswa, sehingga kelemahannya adalah selalu menganggap semua siswa imemiliki kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

2.      Jika dalam pembelajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka siswa tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.

3.      Adakalanya metode ini tidak memperhatikan cara siswa dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara siswa dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing siswa memiliki cara yang berbeda-beda.

4.      Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif, guru pelu memperhatikan kemampuan siswa dalam mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

5.      Apabila sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain, maka guru akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.


Daftar Pustaka

Burhanuddin, A. 2014. Kekurangan dan Kelebihan Teori Kognitif dan Konstruktivistik, (Online), (https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/06/07/kekurangan-dan-kelebihan-teori-kognitif-dan-konstruktivistik-4/), diakses 9 Maret 2021.

Gredler, M. E. 2013. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Ibda, F. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Jurnal Intelektualita, 3 (1), 27-38. Dari https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/intel/article/view/197/178.

Maulana, P. 2009. Pengaruh Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi Fisika. Skripsi diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.  Dari http://lib.unnes.ac.id/14352/.

Nugroho, P. 2015. Pandangan Kognitifisme dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini. Kudus: Jurnal Thufala, 3 (2), 281-304. DOI: 10.21043/thufala.v3i2.4734.

Pahliwandari, R. 2016. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga, 5 (2), 154-164. Dari http://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/olahraga/article/view/383.

Setyowati, A., Subali, B., & Mosik. 2011. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2), 89-96. Dari https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1078.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOAL HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Kurikulum 2013 versi 2016 yang berlaku di Indonesia saat ini meminta guru untuk melaksanakan pembelajaran yang dapat mempengaruhi siswa untu...